Jumat, 25 Juli 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI TERTINGGI DI ASIA TENGGARA


PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
SALAH SATU YANG TERTINGGI DI ASIA TENGGARA

Selama dua tahun kepemimpinan pemerintahan SBY, telah melakukan reformasi dibidang ekonomi. Berbagai tantangan dan kendala internal dan eksternal , pemerintah SBY telah berhasil memelihara dan meningkatkan kinerja makro ekonomi Indonesia yang pernah terpuruk hebat akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan pada tahun 1997 lalu.

Keberhasilan yang dicapai dibidang perekenomian ini, diantaranya berupa pemulihan ekonomi riil, terapainya stabilitas ekonomi, penguatan kepercayaan, terpeliharaanya konsolidasi fiscal dan stimulus fiscal, perbaikan dalam kesimbangan eksternal serta penurunan resiko eksternal.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam dua tahun ini adalah yang tertinggi di Indonesia sejak negeri kita mengalami masa kelam krisis ekonomi yang bergulir mulai tahun 1997. Dan yang sangat menakjubkan pertumbuhan ekonomi tahun 2005 tercatat sebagai salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara. Pertumbuhan ekonomi tahun 2005 dan 2006 teratat stabil pada kisaran 5,6 persen, lebih besar dari pada pertumbuhan tahun 2004 yang mencapai 5,1 persen.

Tingkat Inflasi Indonesia diakhir tahun 2005 mencapai 17,1 persen, ini diakibatkan karena kenaikan BBM, namun pada akhir tahun 2006 menurun drastis menjadi 6,6 persen. Keberhasilan ini diikuti dengan menguatnya nilai tukar rupiah yang pada akhir tahun 2005 mencapai RP. 9.830,-, kemudian pada pada akhir tahun 2006 mencapai kisaran Rp. 9.00,- - 9.100,-. Sedangkan suku bunga Bank Indonesia yang pada tahun 2005 mencapai angka 12,75 persen, pada tahun 2006 dapat turun menjadi 9,75 persen.

Pemulihan ekonomi dan stabilitas ekonomi teripta karena kepercayaan pelaku ekonomi membaik sejak kebijakan penyesuaian harga BBM dilakukan. Perekonomian Indonesia pun diakui oleh para pelaku bisnis dimana lembaga rating terkemuka di dunia meng-up grade rating Indonesia, seperti Standard’s and Poor dan Fitch memberikan nilai BB-, sedangkan Moodys memberikan nilai B+.

Pencapaian neraca perdangan Indonesia juga menunjukan hal menakjubkan surplus sebesar US $ 32 milyar di tahun 2006, meningkat disbanding tahun 2004 US$ 25,1 milyar dan pada tahun 2005 US $ 28 milyar. Dengan cadangan devisa hingga akhir tahun 2006 mencapai US$ 43 milyar.

Keberhasilan yang dicapai ini, sehingga memacu pemerintah Indonesia untuk melakukan percepatan pembayaran utang luar negeri. Hal ini ditujukan untuk memperkokoh fondasi perekonomian Indonesia. Satu keberhasilan yang sangat signifikan adalah kemampuan pemerintah membayar utang kepada IMF pada bulan oktober 2006 lalu, yang pada beberapa pemerintahan sebelumnya tidak dapat dilakukan. Seperti yang di ungkapkan oleh Burhanuddin Abdulah, Gubernur Bank Indonesia, “ Sekarang kita surplus, lalu ngapain kita pinjam lagi ke IMF ?”, ketika menanggapi kedatangan Rodrigo De Rato, Managing Director IMF ke Indonesia.

Rasio utang pemerintah terhadap PDB terus menurun, pada tahun 2006, rasio utang pemerintah terhadap PDB adalah 40 persen, dibanding tahun 2004 sebesar 55 persen. Dan ini lebih tinggi dari pada kemampuan Negara Asia lainnya, seperti Philipina, Malaysia dan Thailand.Kemajuan ekonomi makro dan kemampuan membayar utang Indonesia ini juga diberikan apresiasi oleh Rodrigo De Rato saat menemui Presiden SBY. “ … Dua Tahun Terakhir Ini, Indonesia Menunjukan Kemajuan Ekonomi Penting, Indikasi Makro menunjukan demikian”. Ungkapnya memberi komentar atas keberhasilan Indonesia melunasi utang.

Sekarang yang menjadi perhatian khusus serta kerja keras pemerintah adalah seiring dengan lajunya tingkat pertumbuhan ekonomi makro Indonesia, semestinya juga dibarengi dengan kondisi ekonomi mikro. Pulihnya ekonomi nasional kita, berdampak membaiknya iklim investasi, dan hal ini memberi peluang bagi berkembangnya sector riil lainnya serta berdampak langsung bagi tumbuhnya lapangan pekerjaan baru, dalam rangka menumbuh kembangkan ekonomi rakyat serta menurunkan tingkat anggka kemiskinan yang saat ini masih tinggi, walaupun telah mengalami penurunan selama 2 tahun ini.

Tidak ada komentar: