Selasa, 26 Agustus 2008

APRESIASI DPR-RI UNTUK SBY

Anggaran Pendidikan Tercapai 20 %


Ini benar-benar terjadi: standing ovation setelah presiden menyampaikan pidato kenegaraannya di depan DPR pada tanggal 15 Agustus 2008. Itu dilakukan oleh berbagai fraksi di DPR, kecuali yang menyatakan diri sebagai oposisi. Yang terakhir ini bisa dipahami, karena itu sudah garis partai, walau dalam hati mungkin saja ingin ikut berdiri memberi apresiasi.Memang tidak biasa kita melihat standing ovation untuk pidato kenegaraan, bahkan untuk pidato apapun.


Bangsa kita sering kali pelit untuk memuji, dan lebih senang mengeritik. Padahal kritik dan pujian dua-duanya dibutuhkan untuk terus menyempurnakan diri. Kritik menyadarkan kita dari kemungkinan salah arah, sebaliknya pujian memantapkan kita melangkah maju pada arah yang tepat. Kritik semata hanya akan menjatuhkan semangat, sebaliknya pujian semata hanya menghasilkan kepercayaan diri berlebihan yang bisa jauh dari realitas. Yang tepat adalah kritik dan pujian diberikan secara pantas, sesuai situasi sebenarnya, secara obyektif.


Berikan kritik ketika kritik harus diberikan, berikan pujian ketikan pujian harus diberikan. Dengan kata lain, silakan mengkritik pemerintah ketika pemerintah melakukan kebijakan yang kurang tepat, tetapi akui pula jika pemerintah telah mengambil kebijakan yang tepat.Respons yang luar biasa dari anggota Dewan serta hadirin lainnya merupakan penghargaan yang memberi semangat bahwa arah kebijakan pemerintahan sudah benar, sudah tepat.


Ini menjadi inspirasi untuk terus menyempurnakan diri serta menghadapi tantangan berat ke depan. Bahkan sempat ada yang menghitung selama pidato tersebut terjadi 52 kali tepuk tangan. Tapi tepuk tangan itu pada dasarnya adalah tepuk tangan bagi seluruh bangsa Indonesia. Karena berbagai kemajuan yang disampaikan oleh Presiden SBY dalam pidato itu bukan hanya hasil kerja presiden dan pemerintah semata, tetapi juga adalah hasil kerja “gotong royong” seluruh komponen bangsa. Termasuk para gubernur, bupati, walikota, camat sampai kepala desa, para wakil rakyat di pusat maupun daerah, dunia swasta, masyarakat madani, kaum profesional, tokoh masyarakat, dan warga masyarakat secara keseluruhan.Bahwa yang melaporkannya adalah presiden, karena ia memang kepala negara dan kepala pemerintahan.


Tetapi kemajuan-kemajuan bangsa, apakah itu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan merata, rasio utang luar negeri semakin menurun, utang kita kepada IMF dibayar lunas, cadangan devisa tertinggi sejak merdeka, angka kemiskinan dan pengangguran yang terendah nominal dan presentasinya sesudah Orde Baru, swasembada beras, terpenuhinya anggaran pendidikan 20% dari APBN, pemberantasan korupsi yang tak pandang bulu, ataupun berbagai program pro-rakyat, dan sebagainya, adalah milik kita semua, untuk kita semua.


Tantangan ke depan memang berat, tapi jika kita bekerja keras dan bekerja cerdas, insya Allah semua tantangan itu bisa kita atasi dengan baik. Jangan hanya bisa mengeluh, meratap, ataupun memaki-maki diri sendiri. Mari bersatu membangun negara, dengan semangat Indonesia Raya. Saatnya kita berdiri memberi tepuk tangan panjang untuk kita semua, lalu melangkah maju ke depan menuju masa depan gemilang.Simak kata-kata Bung Hatta yang dikutip Presiden SBY dalam pidato kenegaraan itu: “Hanya satu negeri yang menjadi negeriku. Ia tumbuh dari perbuatan, dan perbuatan itu adalah usahaku.” Dirgahayu Republik Indonesia. (Andy Mallarangeng)

Tidak ada komentar: