Selasa, 30 September 2008
DEDI AFRIADY yang bersahaja
Kamis, 11 September 2008
THE PRESIDENT OF REPUBLIC OF INDONESIA
President Yushoyono is also an accomplished scholar. He was educated in the United States, where he received his Masters degree in Management from Webster University in 1991. He continued his study and earned a Doctorate Degree in Agricultural Economics from Bogor Institute of Agriculture, West Java, Indonesia, in 2004.
During his 27-years distinguished military service, President Yudhoyono took an extensive range of training, education and courses, both in Indonesia and overseas. President Yudhoyono also held numerous important posts and positions as troop and territorial commander, staff officer, trainer and lecturer. He served both in field and at headquarters, as well as missions overseas. He was the Commander of the United Nations Military Observers and Commander of the Indonesian Military Contingent in Bosnia-Herzegovina from 1995-1996.
Prior to being elected, President Yudhoyono hel various important government positions, including Minister of Mining and Energy and Coordinating Minister for Political, Social, and Security Affairs in the National Unity Cabinet under President Abdurrahman Wahid. He again served the in latter post in the Gotong Royong Cabinet under President Megawati Soekarnoputri. It was in his capacity as Coordinating Minister for Political, Social, and Security Affairs that he became internationally recognized for leading Indonesia`s counter terrorism efforts.
President Yudhoyono is keen reader and has authored a number of books and articles, including Revitalization of the Indonesian Economy: Business, Politics and Good Governance (2002), Taman Kehidupan (Garden of Life) is his anthology published in 2004. President Yudhoyono speaks English fluently.
President Yudhoyono is a devoted Muslim. He is married to Madam Ani Herawati. The first couple is blessed with two sons.
Sabtu, 06 September 2008
SURAT CINTA UNTUK ANAKU
bukanlah bagaimana kamu melupakan
melainkan bagaimana kamu memaafkan
bukanlahlah bagaimana kamu mendengarkan
melainkan bagaimana kamu mengerti
bukanlah apa yang kamu lihat
melainkan apa yang kamu rasakan.
bukanlahah bagaimana kamu melepaskan..
melainkan bagaimana kamu bertahan
Lebih berbahaya mencucurkan air mata dalam hati
dibandingkan menangis tersedu - sedu ...
Air mata yang keluar dapat dihapus
sementara air mata yang tersembunyi
menggoreskan luka yang tidak akan pernah hilang..
Akan tiba saatnya
di mana kamu harus berhenti mencintai seseorang
bukan karena orang itu berhenti mencintai kita
melainkan karena kita menyadari
bahwa orang itu akan lebih berbahagia,
apabila kita melepaskannya.
Apabila kamu benar - benar mencintai seseorang,
jangan lepaskan dia..
jangan percaya bahwa melepaskan selalu berarti kamu
benar - benar mencintai
melainkan berjuanglah demi cintamu
Itulah cinta sejati
Lebih baik menunggu orang yang kamu inginkan daripada
berjalan bersama orang ‘yang tersedia’
Lebih baik menunggu orang yang kamu cintai daripada
orang yang berada di sekelilingmu
Lebih baik menunggu orang yang tepat
karena hidup ini terlalu singkat untuk dibuang
hanya dengan ’seseorang’
Kamis, 04 September 2008
MEMAKNAI HAKEKAT SABAR
“ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur ada pula yang kafir”. At-Insaan (76):2.3
Arti Hidup ; hidup didunia adalah babak prakualifikasi untuk menentukan tempat kita kelak diakhirat. Manusia yang paling taat kepada-Nya, akan menempati tempat yang paling menyenangkan, dan sebaliknya, manusia yang selalu ingkar kepada-Nya akan mendapat tempat yang jelek. Oleh karena itu, Allah tidak akan pernah berhenti menguji manusia (Al-Ankabut:2)
Bila ada orang yang berlaku zalim, maka hal ini sebenarnya merupakan perwujudan dari ujian Allah karena kita diberi mata dan telinga. Karena itu bangunkanlah kesadaran kita akan hal ini, agar kita dapat bertindak sesuai perintah Allah. Lawanlah amarah yang muncul dengan mengingat firman Allah, bahwa orang yang dapat menahan hawa nafsunya surgalah tempat tinggalnya (An-Naazi’aat 41)
SABAR ITU TIDAK ADA BATASNYA
Yang dimaksud sabar ialah menahan diri (pada saat menerima musibah atau pun pada waktu mampu berbuat) untuk tidak bertindak mengikuti hawa nafsu yang bertentangan dengan peraturan Allah (Al-Qur’an) dan petunjuk Rasulullah SAW (Hadits). Bila kita merasa dilecehkan atau dizalimi, maka janganlah kita balas dengan hal yang sama, karena itu akan dapat mengakibatkan putusnya persaudaraan, sedangkan memutuskan tali silaturahmi itu menurut Al-Qur’an jelas-jelas sangat dimurkai Allah.
Sesungguhnya sabar itu adalah salah satu perintah Allah, maka lakukanlah sabar dengan penuh kesadaran (niat), bahwa ini adalah perintah Allah yang harus ditaati dan dilaksanakan, sebagaimana halnya kita ikhlas mengerjakan shalat. Indikator keberhasilan pelaksanaan sabar adalah rasa ikhlas. Jadi bila Nanda telah merasa bersabar, namun hatinya ternyata masih panas, maka berarti sabar belum dilaksanakan dengan benar. Yang Nanda lakukan sebenarnya adalah hanya terpaksa mengalah atau menerima, karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan.
Mari kita tingkatkan keimanan kita; bahwa segala sesuatu yang terjadi didunia ini dan yang menimpa kedalam diri kita, baik itu berupa kebaikan, maupun keburukan, itu semua atas se-izin Allah, yang diperhitungkan atas amal dan perbuatan kita sendiri. “ pada hakekatnya Allah menurunkan manusia ke dunia hanyalah semata-mata untuk duji. Oleh karena itu bila kita mendapat masalah janganlah panik, karena memang untuk itulah hakekatnya manusia diturunkan ke dunia !”.
“ SESUNGGUHNYA APABILA ALLAH MENCINTAI SESEORANG HAMBA, MAKA DIA TENGGELAMKAN HAMBA TERSEBUT KEDALAM COBAAN. BARANG SIAPA YANG TIDAK PERNAH MENGALAMI MUSIBAH, MAKA IA JAUH DARI KASIH SAYANG ALLAH ”.
Bila kita mampu bersabar dengan niat semata-mata hanya karena taat menjalankan perintah Allah, kemudian berserah diri kepada-Nya (Shalat), yakinlah bahwa kita telah berpegang pada pegangan yang kokoh.